Total Pageviews

Wednesday, August 15, 2012

#1 Betrayal

hahaha.
berlebihan ga ya pake judul ini.

tapi intinya. saya g tau lg istilah apa yg lbh tepat buat menggambarkan kejadian yg membuat saya hampir saja meninggalkan dunia tulis menulis.

kejadiannya sudah lumayan lama. 5 taun yg lalu.

sebutlah dia S. dia adalah teman se-SMA saya. well, saya pikir...
kami sama-sama hobi nulis. berbeda dengan saya, S sangat rajin mengirimkan artikel dan karyanya ke media massa dan lomba-lomba, dan berkat persahabatan dengannya, saya merasa tergerak juga untuk rajin nulis yg berbau sedikit non fiksi. tadinya saya hanya berkutat dengan cerpen dan novelet saja. ini bener2 cerita lama, n saya akhirnya membongkar jg lewat post ini setelah saya kubur dalam2 selama lima tahun.

kami pernah nulis bareng untuk surat kabar, dan dia jg sering melihat karya2 saya di komputer. saya biarkan saja toh dia itu teman saya (lagi-lagi, betapa polosnya). dan kmi sering diskusi brg ttg lomba2 yang akan datang. akhirnya suatu saat ada lomba menulis cerpen berskala nasional yg kami sepakati untuk ikut. saya menulis dan mengerahkan segala kemampuan saya utk menghasilkan cerpen itu.

Cerpen itu, well, telah selesai dan saya krimkan ke panitia lomba lewat pos. Lama tidak ada kabar. Saya pikir saya tidak menang. Dan saya kembali biasa saja, walaupun sempet sedih jg berhubung cerpen itu saya buat dengan susah payah. apalagi saya dedikasikan cerpen itu buat ibu saya.



Cerpen itu berjudul
"Saat kuingin waktu berpihak padaku" :)

cerpen yang tragis, kisah di dalamnya tragis, dan cerpen itu sendiri bernasib tragis.

Saya sedang tak ingin menguak luka lama. dan karena ini dapat dibaca oleh banyak orang, saya juga tak ingin mencari masalah dengan "teman" lama saya itu.

Saya hanya ingin bercerita. semoga tidak ada lagi yg bernasib tragis seperti saya.

Singkatnya, teman saya itu berkata, "cerpenmu itu kata panitianya terlalu berat dan tidak kelihatan seperti buatan anak SMA" dia kala itu menghibur saya yang bertanya tanya kenapa tidak ada kabar dari pihak panitia lomba. Saya manut saja. Padahal aneh sekali, kenapa dia bisa tahu dan apa urusannya dia sampai panitia lomba itu berkata soal cerpen saya ke teman saya itu?tapi saya terlalu malas untuk menyelidiki. dan setelah itu waktu berlalu.

dan saya mestinya lupa.

saya mestinya lupa dan semua baik2 saja.


Tapi saat itu sudah menjelang akhir dari masa SMA kami. semua siswa dan teman2 saya tegang menghadapi UAN dan SPMB yang semakin mendekat. Saya sibuk ikut bimbel, dan hari itu saya iseng memungut koran yang teronggok di meja resepsionis di bimbel saya.

Saya membuka-buka koran hari itu. tepat sekali mata saya membaca sebuah cerpen di kolom harian itu- cerpen yang saya buat dgn susah payah untuk disubmit ke lomba cerpen beberapa bulan yang lalu.malah mungkin hampir setahun yang lalu.

Cerpen saya.
Dan ada nama teman saya sebagai pengarangnya.

Dan saat itu saya menangis. Menangis sambil tak henti-hentinya membaca cerpen yang saya buat pertama kali untuk sebuah lomba.

cerpen itu sangat berarti buat saya. untuk ibu saya.
dan teman saya itu dengan mudahnya mensubmit cerpen itu ke surat kabar atas namanya.

Saya memang bodoh kala itu.
Saya datangi dia beberapa hari kemudian, tapi dia tidak mau mengaku.
Saya masih baik, saya tidak pernah mempermasalahkan hal itu lagi.

Tapi saya juga tidak mau menyapanya lagi,


Saya berdoa, semoga kejadian ini bisa menjadi batu loncatan saya agar saya bisa lebih giat belajar dan masuk ke perguruan tinggi yg saya impikan.
dan saya diterima.

di ITB, di jurusan dengan passing grade paling tinggi pula.

Dan saya mendengar, kalau cerpen itu disubmit jg ke lomba cerpen yang lain, dan hebatnya cerpen itu juara satu.
Hebatnya
S tidak pernah mau mengaku.


Dan saya melipat memori pahit itu, mencernanya, dan akhirnya membagikannya pada hari ini, 5 tahun kemudian, agar bisa menjadi pelajaran yg sama untuk teman-teman yang juga punya hobi menulis seperti saya.

"jangan pernah percaya dan memerlihatkan karyamu pada siapapun"
"jangan hanya menulis, tapi publikasikanlah!jangan hanya menunggu, tapi bergeraklah!"
Itu adalah kejadian, yang membuat saya berhenti menulis.


*Link untuk membaca cerpen ini ada di sini : http://beta.matapelajar.com/cerita/saat-kuingin-waktu-berpihak-padaku
*saya mencantumkannya semata-mata karena saya ingin teman-teman membaca cerpen ini dan ikut merenungi kisahnya, dan syukur2 bisa mengerti perasaan saya kala itu. hanya itu. dan cerita ini biar saya bagikan, tanpa ada dendam sedikit pun. biarlah orang yang menilai :) saya bahkan tidak tau siapa yg mem-postkannya.


No comments:

Post a Comment