Total Pageviews

Friday, August 17, 2012

K-Observer #2: Seniority is number ONE!

Orang Korea yang paling muda itu:
1. Mesti rela disuruh-suruh ma senior, n ga boleh ngebantah lo (tapi dalam hal yang baik)
2. Kalo pas makan bareng, mesti nuangin minuman (entah air putih atau soju) ke gelas para seniornya lbh dahulu, baru ke gelasnya sendiri. Hal yang sama berlaku dengan makanan.
3. Disuruh makan paling banyak,apalagi kalau makan bareng n masi ada sisa makanan XD
4. Sebelum seniornya meletakkan sumpit (tanda selesai makan), ga boleh beranjak duluan dari meja makan. Hal yang sama berlaku saat memulai makan. Sangat ditekankan untuk menunggu yang lebih tua untuk memulai makan terlebih dahulu.

K-Observer #1: Tradisi

Di Korea, tradisi bisa jadi sangat penting. lebih penting dari agama atau semacamnya. Sejauh yg saya bs pahami, orang Korea sangat teguh memegang ajaran Konfusianisme, walaupun pada kenyataannya kebanyakan mereka atheis dan tidak percaya Tuhan.


Thursday, August 16, 2012

#3 Childhood

Saya terpekur menatap deretan foto-foto di rumah salah seorang teman, kejadiannya sudah sangat lama...saat saya masih belajar berhitung dan senang berlari-lari main lupus. Teman saya yang beruntung itu mempunyai ayah yang sering dikirim dinas ke luar negeri, hebatnya di umurnya yang masih ingusan, teman saya itu sudah menjelajahi begitu banyak negara, kebanyakan di Eropa. Ketika saya masih sangat jauh bermimpi tentang bagaimana penampakan dunia di luar sana, teman saya sudah berfoto di pertanian Belanda, dengan latar belakang kincir anginnya yang terkenal.

Waktu ulang tahun saya, sekitar 8 tahun, hadiah yang saya minta adalah globe. yang besar. biar saya bisa menyusuri letak negara-negara dunia. Tante saya yang terkenal galak tapi sebenarnya baik itu hanya membelikan saya globe dengan ukuran paling kecil, dan saya harus memicingkan mata untuk melihat nama-nama negara di permukaannya. Tapi waktu itu saya cukup senang, dan menghabiskan waktu setelah pulang sekolah di depan meja belajar saya, mengamati globe pemberian itu sambil makan camilan. Begitu setiap hari.

Ketika teman saya asik main karet dan boneka, saya minta dibelikan buku pintar. bukan edisi junior, saya malah minta tiga-tiganya. edisi senior, junior, dan edisi Indonesia. Saya suka IPS semasa SD, dan saya rasa kesukaan itu datang dari hati saya yang paling dalam. Apalagi kalau menyangkut sejarah, saya yang paling sering mengacung di kelas. Walaupun saat beranjak besar saya memutuskan untuk masuk IPA dan akhirnya kuliah di engineering, saya tetap tidak bisa melupaka kesukaan saya terhadap sejarah dan geografi.

Namun, baru tahun lalu keinginan saya terkabul untuk menjelajah negara selain negara saya.

Saya benar-benar merasa itu adalah jawaban Allah swt atas mimpi saya di masa kecil. Mimpi yang selalu jadi semangat ketika rutinitas di sekitar saya sudah kelewat monoton. Apalagi ketika menjelang kesibukan skripsi, saya sudah hampir lupa mengurus diri saya sendiri. Jurusan saya adalah jurusan yang sulit dan berat, banyak orang yang sudah membuktikannya. Dan ketika saya bisa lulus dari sana dengan predikat cumlaude, saya pikir itu adalah hadiah tertinggi yang bisa saya berikan untuk kedua orang tua saya, dan sekaranglah saatnya untuk memilih jalan hidup saya sendiri.

lanjut S2! di luar negeri! yang jauh!

Orang tua saya tidak langsung merestui, mengingat saya sudah merantau sejak SMA. Saya hanya bertemu orang tua saya kalau libur lebaran dan kenaikan kelas, dan itu sudah berlangsung selama 7 tahun. Mereka ingin saya langsung kerja tapi...hhhhh...kok sayanya yg ga bersemangat kalau nyangkut urusan ini. Bagi saya kerja itu = terikat = butuh komitmen yg kuat. Sedangkan saya, komitmen saya adalah nomaden alias mengembara (hahahaha).

Dan semua episode ttg impian masa kecil saya diputar ulang ketika saya menginjakkan kaki di Incheon International Airport, the best airport in the world in 2012 versi skytrack.

Klise ya. Saya sudah menyiapkan mimpi2 saya lagi untuk 10 20 tahun lagi!!

dan mari berdoa agar Allah swt dapat memeluk mimpi2 kita seperti Ia memeluk mimpi2 Andrea Hirata di Laskar Pelangi.


Wednesday, August 15, 2012

#2 Korea

FirmanNya dalam Alquran:
Berjalanlah kamu di muka bumi...

dan Dia menyebut ttg hijrah.
Rasulullah juga harus berhijrah sebelum Islam menjadi besar, dan keluar sebagai the real rahmatan lil alamin.

saya jg, dengan penuh kepercayaan diri kala itu.
melamar beasiswa ke korea, tanpa bermodalkan ijazah (karena belum lulus)...
cuma waktu itu saya benar2 tergila-gila dengan negeri ginseng itu dan bermimpi untuk berhijrah kesana.

akhirnya pengumumannya keluar dan nama saya tercantum. saat itu saya sudah resmi lulus dr ITB walau belum resmi diwisuda. Saya bahagia luar biasa, saya memeluk ibu saya yg kebetulan sedang ada di dekat saya. Langsung berita itu tersiar ke keluarga di borneo. dan teman-teman saya di bandung ikut berbahagia dan mengucapkan selamat.

Toh akhirnya saya sudah di Korea. dan setahun berlalu sejak kejadian itu.
Saya berhijrah untuk ke sekian kalinya. sekarang jauh lebih berat karena saya berada di negeri orang, jauh berbeda dengan negeri kampung halaman saya.

Well, ini sudah menginjak tahun ke-9 sejak pertama kali saya melangkahkan kaki saya tuk merantau. Perjalanan pertama saya dimulai ketika umur saya baru 14 tahun, dan saya diterima untuk melajutkan SMA di bandung...

dan sekarang korea.

Banyak cerita yang akan saya bagikan tentang episode ini. Karena sejujurnya, saya berubah selam setahun ini. Hijrah ke Korea benar2 memulai babak baru dalam hidup saya.

Another my zero point.

Saya mengalami semua pahit manisnya hidup sebagai mahasiswa di Korea, lengkap dengan plus plusnya karena saya muslim.
dan saya memakai hijab.

saya akan berbagi dan terus bercerita.
semoga dapat memberi warna, dan hikmah tuk siapa saja yang membacanya.

Cheers.




#1 Betrayal

hahaha.
berlebihan ga ya pake judul ini.

tapi intinya. saya g tau lg istilah apa yg lbh tepat buat menggambarkan kejadian yg membuat saya hampir saja meninggalkan dunia tulis menulis.

kejadiannya sudah lumayan lama. 5 taun yg lalu.

sebutlah dia S. dia adalah teman se-SMA saya. well, saya pikir...
kami sama-sama hobi nulis. berbeda dengan saya, S sangat rajin mengirimkan artikel dan karyanya ke media massa dan lomba-lomba, dan berkat persahabatan dengannya, saya merasa tergerak juga untuk rajin nulis yg berbau sedikit non fiksi. tadinya saya hanya berkutat dengan cerpen dan novelet saja. ini bener2 cerita lama, n saya akhirnya membongkar jg lewat post ini setelah saya kubur dalam2 selama lima tahun.

kami pernah nulis bareng untuk surat kabar, dan dia jg sering melihat karya2 saya di komputer. saya biarkan saja toh dia itu teman saya (lagi-lagi, betapa polosnya). dan kmi sering diskusi brg ttg lomba2 yang akan datang. akhirnya suatu saat ada lomba menulis cerpen berskala nasional yg kami sepakati untuk ikut. saya menulis dan mengerahkan segala kemampuan saya utk menghasilkan cerpen itu.

Cerpen itu, well, telah selesai dan saya krimkan ke panitia lomba lewat pos. Lama tidak ada kabar. Saya pikir saya tidak menang. Dan saya kembali biasa saja, walaupun sempet sedih jg berhubung cerpen itu saya buat dengan susah payah. apalagi saya dedikasikan cerpen itu buat ibu saya.



Cerpen itu berjudul
"Saat kuingin waktu berpihak padaku" :)

cerpen yang tragis, kisah di dalamnya tragis, dan cerpen itu sendiri bernasib tragis.

Saya sedang tak ingin menguak luka lama. dan karena ini dapat dibaca oleh banyak orang, saya juga tak ingin mencari masalah dengan "teman" lama saya itu.

Saya hanya ingin bercerita. semoga tidak ada lagi yg bernasib tragis seperti saya.

Singkatnya, teman saya itu berkata, "cerpenmu itu kata panitianya terlalu berat dan tidak kelihatan seperti buatan anak SMA" dia kala itu menghibur saya yang bertanya tanya kenapa tidak ada kabar dari pihak panitia lomba. Saya manut saja. Padahal aneh sekali, kenapa dia bisa tahu dan apa urusannya dia sampai panitia lomba itu berkata soal cerpen saya ke teman saya itu?tapi saya terlalu malas untuk menyelidiki. dan setelah itu waktu berlalu.

dan saya mestinya lupa.

saya mestinya lupa dan semua baik2 saja.


Tapi saat itu sudah menjelang akhir dari masa SMA kami. semua siswa dan teman2 saya tegang menghadapi UAN dan SPMB yang semakin mendekat. Saya sibuk ikut bimbel, dan hari itu saya iseng memungut koran yang teronggok di meja resepsionis di bimbel saya.

Saya membuka-buka koran hari itu. tepat sekali mata saya membaca sebuah cerpen di kolom harian itu- cerpen yang saya buat dgn susah payah untuk disubmit ke lomba cerpen beberapa bulan yang lalu.malah mungkin hampir setahun yang lalu.

Cerpen saya.
Dan ada nama teman saya sebagai pengarangnya.

Dan saat itu saya menangis. Menangis sambil tak henti-hentinya membaca cerpen yang saya buat pertama kali untuk sebuah lomba.

cerpen itu sangat berarti buat saya. untuk ibu saya.
dan teman saya itu dengan mudahnya mensubmit cerpen itu ke surat kabar atas namanya.

Saya memang bodoh kala itu.
Saya datangi dia beberapa hari kemudian, tapi dia tidak mau mengaku.
Saya masih baik, saya tidak pernah mempermasalahkan hal itu lagi.

Tapi saya juga tidak mau menyapanya lagi,


Saya berdoa, semoga kejadian ini bisa menjadi batu loncatan saya agar saya bisa lebih giat belajar dan masuk ke perguruan tinggi yg saya impikan.
dan saya diterima.

di ITB, di jurusan dengan passing grade paling tinggi pula.

Dan saya mendengar, kalau cerpen itu disubmit jg ke lomba cerpen yang lain, dan hebatnya cerpen itu juara satu.
Hebatnya
S tidak pernah mau mengaku.


Dan saya melipat memori pahit itu, mencernanya, dan akhirnya membagikannya pada hari ini, 5 tahun kemudian, agar bisa menjadi pelajaran yg sama untuk teman-teman yang juga punya hobi menulis seperti saya.

"jangan pernah percaya dan memerlihatkan karyamu pada siapapun"
"jangan hanya menulis, tapi publikasikanlah!jangan hanya menunggu, tapi bergeraklah!"
Itu adalah kejadian, yang membuat saya berhenti menulis.


*Link untuk membaca cerpen ini ada di sini : http://beta.matapelajar.com/cerita/saat-kuingin-waktu-berpihak-padaku
*saya mencantumkannya semata-mata karena saya ingin teman-teman membaca cerpen ini dan ikut merenungi kisahnya, dan syukur2 bisa mengerti perasaan saya kala itu. hanya itu. dan cerita ini biar saya bagikan, tanpa ada dendam sedikit pun. biarlah orang yang menilai :) saya bahkan tidak tau siapa yg mem-postkannya.


#0 (Re-Zero)

Ramadhan 2012,

Aku pikir ini adalah waktu yang tepat.
dan ini adalah blogku yang kelima, rasa-rasanya sudah bisalah dikatakan berpengalaman dalam hal tulis menulis.

Haha.
Padahal engga.


Aku dedikasikan blog ini murni untuk berbagi cerita, dan merangkum cecer-ceceran jejak yang usang berumur hampir 23 tahun...yah,syukur-syukur banyak yang baca dan terinspirasi. kira-kira kalau cukup beruntung mungkin ada penerbit yang bisa dilirik untuk menumpang publish.Hhehe.

Ini adalah titik nolku.
Dan mulai dari titik ini, aku akan menyebut diriku "saya" supaya bisa lebih menyentuh semua kalangan :)

Perkenalkan, saya Laras. cukup Laras saja.
Hobi baca dari kecil (sekarang sudah g bisa dibilang kecil lagi), dan sejak smp tergerak untuk menulis.
Namun kejadian saat tahun terakhir di SMA membuat saya sakit hati, dan mencoba melupakan dunia yang sudah saya tekuni selama 6 taun...alasannya cukup mengejutkan saya, dan sempat ingin saya tulis jadi cerpen. karena kasusnya saat itu saya dikhianati teman saya. seumur-umur saya belum pernah diperlakukan seperti itu, dan sejak saat itu saya "sakit". dan tidak pernah sembuh sepenuhnya sampai sekarang :).

Jika ada yang tertarik mengetahui kisah "pengkhianatan" itu, saya akan berbagi di post berikutnya. kalau ada yang berkomentar, akan saya tampug dengan senang hati.

Ah iya, saya muslim. sekarang sedang menempuh pendidikan S2 di Seoul, South Korea.
Saya lahir di pelosok pulau Borneo bagian timur, cukup beruntung untuk mengenyam pendidikan tinggi S1 di Teknik Kimia ITB (almamater kebanggaan saya) dan sekarang hijrah ke Korea.

Saya punya banyak cerita.
terlalu banyak.

dan blog ini mungkin tidak akan muat.tapi marilah kita menghela nafas sejenak.
Saya orang yang religius (setidaknya saya berusaha untuk itu) dan blog ini adalah bagian dari perjalanan saya untuk mengharapkan ridhaNya.

Semua cerita yang saya bagikan adalah kisah nyata saya.
Opini dan hasil analisis berdasarkan pengalaman saya.
Well,saya hanya orang biasa.
dan mungkin cerita yang saya bagikan juga terkesan biasa saja.

Tapi saya ingin semua itu berdampak luar biasa kepada setiap orang yang membacaya.
termasuk saya, untuk introspeksi.

Saya ingin mengucapkan terima kasih.
Ini adalah titik awal saya.

Let's share~